Tidak terasa usia kabupaten Cilacap atau kota Cilacap sudah mencapai 157 tahun. Usia yang sudah matang kalau dilihat dari kaca mata mahluk. Bahkan termasuk tua kalau disetarakan dengan usia manusia saat ini. Yang rata rata usia manusia adalah 60 tahun sampai dengan 100 tahun.
Kalau kita lihat Ilmu padi semakin menua justru semakin merunduk karena buah padi sudah semakin matang. Kiasan ilmu padi ini mengibaratkan kalau manusia sudah ber ilmu tinggi orang ini akan semakin mengerti akan soal kehidupan dengan seribu solusinya. Namun orang yang menganut ilmu padi ini menerangkan jauh dari kesombongan.
Kabupaten Cilacap termasuk Kabupaten terbesar atau terluas di wilayah propinsi Jawa Tengah. Dengan jumlah penduduk yang juga terbanyak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten lain di Jawa Tengah. Luasnya daerah dan jumlah penduduk yang besar merupakan aset penunjang dalam pembangunan.
Namun dalam kenyataannya luas daerah belum seluruhnya dimanfaatkan untuk diberdayakan untuk dikelola secara teknologi mandiri, karena kita masih sangat tergantung dengan bangsa lain yang menanam modal di Indonesia. Yang sudah barang pasti keuntungan masih banyak diraih oleh bangsa asing, seperti Cina, Jepang, Korea, Amerika dan Jerman atau bangsa Eropa. Demikian juga penduduk yang ada di Kabupaten Cilacap juga belum seluruhnya menikmati hasil dari kelola sumber daya alam sendiri. Mereka masih menjadi objek pembangunan yang terseok seok. Sebab walaupun kita mempunyai jumlah penduduk yang banyak namun para pekerja yang di rekrut dalam kegiatan pembangunan masih di datangkan dari luar daerah. Penduduk asli Cilacap baru akan mendapatkan uang dari kegiatan kelola sumber alam ini, baru berkisar saat ada penggusuran tanah. Atau uang kost dari warga asing yang mau cari pondokan.
Dengan demikian angka pengangguran masih tetap tinggi dan pendapatan perkapita juga belum berubah. Sehingga Kesejah Teraan mereka juga belum ada perubahan.
Program Bupati dalam " Bangga Mbangun Desa " pun belum menyentuh akar masalah ini. Selama penduduk sendiri masih menjadi penonton dalam kegiatan pembangunan.
Seharusnya Pemerintah Daerah dalam program mbangun desa atau membangun daerahnya untuk mengelola sumber daya alam ini lebih mengutamakan pekerja sendiri dari pada harus impor pekerja dari daerah lain.
Memang banyak orang yang suka mempvonis kalau penduduk sediri tidak memiliki skil khusus, sehingga dinyatakan tidak mempu untuk melakukan kegiatan kerja dalam kelola sumber daya alam. Namun kalau mereka sering mendapatkan program pelatihan yang terstruktur maka meraka juga akan memiliki skill khusus tersebut.
Selama ini jika ada pelatihan biayanya sangat tinggi dan meraka juga kewalahan untuk membayar. Sehingga praktis yang dilatih sendiri kalau memang ada pelatihan skill baru dimonopoli meraka yang punya banyak duit. Bahkan sampai terjadi pelanggaran tidak usah ikut pelatihan yang penting dapat sertifikat skill dengan cara membayar.
Jika semua pekerjaan diberikan oleh orang orang yang bukan ahlinya ya tunggu saja kehancurannya. Sebaliknya bagi penduduk yang notabenenya mampu untuk dilatih namun gara gara minim vinansial ya tetap saja jadi penonton.
Mau sampai kapan masalah ini akan tetap bersarang di kota Cilacap tercinta ini ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar